Tombak Peradaban Indonesia

Kekayaan dan keragaman Indonesia yang melimpah ruah namun tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan kesenjangan dalam bernegara. Karena Indonesia seharusnya memiliki potensi untuk menjadi negara maju, namun kenyataannya tidak demikian.

Pengelolaan yang kurang optimal mengakibatkan sebuah degradasi nasionalisme pada generasi muda bangsa ini. Tanpa disadari banyak hal yang telah mereka lakukan sehingga membuat kekayaan dan keragaman Indonesia berkurang. Fenomena mencintai budaya barat daripada budaya negara sendiri adalah contohnya.

Penanaman rasa nasionalisme sejak dini akan meminimalisir turunnya keragaman dan kekayaan bangsa. Maka dari itu, kaderisasi generasi muda sangatlah dibutuhkan dalam mengurus kekayaan Indonesia ini. Generasi yang memiliki kecintaan dan paham akan bangsa sendiri merupakan tombak peradaban ideal bagi suatu bangsa.


Literasi Budaya dan Kewargaan Indonesia

indonesia

Dewasa ini, lingkup literasi yang dikenal generasi muda sudah meluas hingga mencakup literasi budaya dan kewargaan. Penanaman rasa nasionalisme ke dalam diri generasi muda akan berdampak besar terhadap apa yang akan dilakukannya untuk Indonesia di kemudian hari.

Literasi budaya dan kewargaan dimaksudkan untuk membangun mental generasi muda agar mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi untuk bangsa. Karena itulah, mahasiswa yang berperan sebagai tombak peradaban Indonesia seharusnya mampu memahami hal ini dengan baik.

Kesinambungan antara definisi budaya dan kewargaan menghasilkan definisi tersendiri untuk literasi budaya dan kewargaan, yaitu sebuah kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.

Pengenalan literasi budaya dan kewargaan merupakan tanggung jawab mahasiswa, pelajar, dan juga seluruh warga negara Indonesia. Pijakan awal untuk memupuk literasi ini adalah melalui lingkungan keluarga.

Dorongan serta ajakan dari orang tua berperan penting untuk memupuk kecintaan terhadap budaya bangsa dalam diri seorang anak. Pengenalan literasi budaya dan kewargaan melalui ajakan ke sebuah museum ataupun membacakan cerita rakyat merupakan contoh yang dapat diterapkan dalam sebuah keluarga.

Di samping itu, pemerintah sendiri juga berperan dalam meningkatkan literasi budaya dan kewargaan melalui sekolah dan perpustakaan. Sebagai bentuk resiliensi bangsa menghadapi degradasi keragaman ataupun moral generasi muda.

Keluarga juga sejatinya membutuhkan buku untuk mengembangkan pengetahuan dalam hal literasi budaya ataupun kewargaan. Adanya perpustakaan dalam keluarga ataupun perpustakaan di sekolah dan daerah sudah menjadi hal wajib yang harus ada. Tempat ini biasanya ramai sekali dikunjungi oleh mahasiswa.

Penyediaan bahan bacaan tentang suatu kewargaan dan budaya di perpustakaan adalah suatu cara yang inovatif untuk menarik para pembaca. Alat peraga yang bertema budaya dan kewargaan seperti peralatan mendongeng cerita rakyat misalnya juga tak kalah menarik.

Terlebih lagi, bahan bacaan berbentuk softfile dapat menjadi antispasi untuk terus melestarikan bacaan yang bertemakan budaya dan kewargaan agar tidak hilang atau rusak. Sehingga, di zaman yang akan mendatang para generasi muda masih dapat membaca dan mempelajarinya.

Perpustakaan sendiri dapat mengadakan kegiatan literasi bertema budaya dan kewargaan untuk mendorong minat baca dan semangat dari masyarakat sekitar perpustakaan. Misalnya perpustakaan sekolah, berarti memancing semangat para murid untuk tertarik dalam menggali budaya lewat perpustakaan mereka.

Bedah buku bagi suatu perpustakaan dapat memancing para pengunjung untuk berpikir kritis. Sekaligus menjadi bentuk apresiasi kita terhadap para penulis buku budaya dan kewargaan yang di mana mereka merupakan salah satu pejuang nasional melalui literasi.

Literasi dalam menulis dan membaca ataupun literasi budaya dan kewargaan harus terus berlanjut. Mahasiswa sebagai generasi muda yang berperan sebagai tombak peradaban harus terus berjuang dalam meningkatkan kualitas literasi di negeri ini, khususnya dalam hal literasi budaya dan kewargaan.

Melalui hal ini, mahasiswa dapat menamkan dan menggali lebih jauh bagaimana identitas bangsa Indonesia sendiri. Ketika mahasiswa terus berliterasi dalam bentuk menghasilkan sebuah karya yang bertema budaya dan kewargaan, maka penanaman semangat juang nasionalisme bangsa akan terus berlanjut.

Perlu diingat kembali bahwasanya literasi budaya dan kewargaan bukan hanya membutuhkan gerakan mahasiswa namun, hal ini harus berjalan seiringan dengan dukungan pemerintah dan pembiasaan dalam sebuah keluarga.

Penulis: Dinni Mawaddah

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jelajahi Cakrawala di Perpustakaan!

Kami menyediakan berbagai layanan dan sumber intelektual untuk mendukung berjalannya Tri Dharma Perguruan Tinggi!

Our Services

Digital Library

Open Acces Catalog

Repository

Bebas Pustaka

Journal International

Top Features

Digital Corner

BI Corner

References Room

Scan and Copy Document

Food Court

© 2024 IT UNIDA Library