Profesi wartawan atau jurnalis di masa ini mungkin sangat sulit menemukan peminatnya. Pasalnya, para generasi penerus lebih memilh menjadi seorang penggiat media sosial elektrik seperti youtube, instagram, dll daripada menulis artikel yang terkesan membosankan dan tak menantang. Selain itu, profesi-profesi yang muncul baru-baru ini juga menawarkan penghasilan yang sangat menggiurkan.
Duduk di depan layar, menulis, mencari berita memang terlihat sangat membosankan. Tapi, dibalik itu semua, seorang wartawan atau jurnalis adalah sosok yang sangat berpengaruh bagi kehuidupan sosial dan Negara. Wartawan atau jurnalis bukan hanya menulis dan mencari berita, jurnalis juga berperan sebagai kontrol politik, sosial, budaya dan lain sebagainya. Apa yang terbit di media masa sebagai suatu iniformasi merupakan suara para jurnalis. Sedangkan masyarakat melihat berita yang ada bukan sekedar angin lewat. Mereka lebih melihatnya sebagai realitas aktual dan benar-benar terjadi. Keyakinan masyarakat akan informasi yang didapatnya mempengaruhi sikap dan pandangan hidup mereka. Ibarat sosok ulama yang menetapkan fatwa, suara para jurnalispun hampir serupa dengan fatwa-fatwa itu. Dipercaya dan berpengaruh.
Apa jadinya tatkala seorang jurnalis memberitakan sesuatu yang berlawanan dengan fakta? tentu saja kebenaran suatu peristiwa akan menjadi rancu. Sedang kerancuan itu semakin lama akan dikalim sebagai sebuah kebenaran tatkala banyak orang yang terus membicarakannya, dan berakhir dengan perubahan sikap setiap orang dalam bertindak dan memandang sesuatu.
Kabar seorang polisi yang memasuki tempat prostitusi dengan menggandeng perempuan muda tertulis sebagai berita utama di sebuah Koran dan menjadi trending topic kala itu. Berita kian memanas dengan munculnya banyak spekulasi dan perkiraan tentang hal yang terjadi. Saat itulah pandangan dan sikap setiap orang di masyarakatpun mulai berubah tatkala menerima salam ramah para petugas kepolisian di jalanan atau dimanapun itu. Tidak perlu waktu lama untuk menempelkan stigma buruk kepada sebuah komunitas, termasuk lembaga besar seperti kepolisian. Saat itulah media masa dan jurnalis menjadi penggerak yang mengendalikan kehidupan sosial masyarakat. Hanya dengan satu berita dapat memutar pandangan masyarakat. Tak lama kemudian, terbongkarlah kesalahan berita tersebut berkat usaha para jurnalis yang melakukan beberapa investigasi guna mencari sosok polisi yang ada dalam peristiwa tersebut. Polisi yang menjadi korban pemberitaan tersebut akhirnya memberikan kejelasan kepada para wartawan tepat setelah berakhirnya misi yang ditugaskan padanya. Pasalnya, polisi yang banyak diberitakan akhi-akhir itu memasuki tempat prostitusi bukan untuk memuaskan nafsunya, melainkan untuk mencari informasi guna keberlangsungan tugasnya dalam rangka pembersihan tempat-tempat prostitusi. Dikabarkan dari beberapa informannnya, bahwasannya di tempat yang ia masuki malam itu merupaka pusat prostitusi dan tempat berkumpulnya para pentolan germo. Oleh karenanya, ia berkunjung di tempat itu dan mencari informasi dari setiap orang yang ditemuinya. Sedang wanita yang ia gandeng adalah partner kerjanya di kepolisian yang menyamar sebagai PSK malam itu. Berita mengenai klarifikasi ini akhirnya dimuat di berbagai Koran. Dan pada saat itu pula hubungan masyarakat dan polisipu membaik. Dari situ terbukti bahwa seorang jurnalis bisa menjadi perusak hubungan sosial tapi juga bisa menjadi bibit keharmonisan sosial.
Pandangann bahwa jurnalis adalah sosok orang kantoran yang cupu dan membosankan mugkin bisa kita buang setelah mengetahui seluk beluk seorang jurnalis. Sosok jurnalis dituntut menjadi orang yang mampu bekerja kapanpu dan dimana pun. Selain itu seorang jurnalis juga dipaksa utuk melampaui batas kemampuan dirinya demi berita aktual yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Mencari dan mengumpulkan data berita bukanlah hal yang bisa diremehkan. Perlu ketelatenan, ketelitian, kecermata, kecerdasan, dan pengalaman yang memadai. Bagaimana seorang wartawan atau jurnalis meliput sebuah berita pembunuhan berantai tanpa mengandalkan seluruh potensi yang ia miliki untuk mengusut seluk beluk kasus tersebut. Bagaimana ia dapat menemukan fakta dibalik sebuah peristiwa yang sangat minim data? Bagai seorang detektif yang mencoba mengaitkan berbagai fakta demi mendapatkan berita yang aktual. Tak jarang seorang jurnalis juga harus rela mempertaruhkan nyawanya demi sebuah berita yang akan ia liput di kawasan koflik atau peperangan. Tak sedikit pula jurnalis yang rela mengorbankan hidupnya demi menemukan sebuah kebenaran berita.
Berlari bukan lagi sebuah olah raga bagi seorang jurnalis, tapi sudah menjadi tuntutan pekerjaan. Berita yang terus ada dan deadline yang terus mengejar menuntutnya untuk berpacu melawan waktu. Dengan gaji yang mungkin tidak sepadan dengan apa yang ia pertaruhkan, seoaran jurnalis tetap bekerja dengan membawa kebanggaan tersendiri. Orang yang hendak bekerja hanya untuk menghasilkan uang tidak cocok dengan profesi ini. Tapi orang dengan adrenalin yang tinggi dan keinginan untuk berbuat baik tanpa pamrih sangat disarankan untuk menggeluti bidang ini serta menyandang sebutan sebagai seorang jurnalis atau wartawan.
Sebelum menjadi seoarang jurnalis yang baik, dibutuhkan persiapan yang matang dan tepat. Mulai dari mengenal lebih jauh kehidupan jurnalistik, mempelajari etika yang ada dalam dunia jurnalistik dan tak kalah penting untuk belajar manulis dan membaca. Membaca bukan berarti membaca buku saja, tapi juga membaca fakta, data, tanda-tanda dan masih banyak yang lainnya untuk bekal menjadi seorang jurnalis.
“How To Be A Jurnalist” karangan M.L.Stein ini kiranya cocok sebagai bacaan guna membuka pengetahuan mengenai kehidupan jurnalistik. Buku ini merupakan buku yang cukup tua dan langka. Terbit pada bulan Juli, 1968,buku ini sangat disarankan untuk dibaca oleh para pemula atau orang yang mulai tertarik dengan dunia jurnalistik. Buku yang berumur sangat tua ini juga dapat digunakan untuk melihat kembali sejarah kehidupan jurnalistik masa itu
Semakin berjalannya waktu, nilai-nilai yang tekandung dalam kehidupan akan sedikit banyak berubah . begitupun dengan jurnalistik. Oleh karenanya membaca buku ini juga dapat memberikan wawasan dan perbandingan mengenai nilai-nilai kehidupan junalistik masa itu dan sekarang.
Buku ini berbahasa inggris dengan 125 halaman dan 15 subbab. Mulai dari subbab “Jurnalistm and Jurnalist” sampai dengan “The Future of Jurnalist” memberika gambarana yang sangat jelas mengenai kehidupan jurnalis, dinamika kantor, proses pencarian berita, sampai proses penerbitan koran dari awal hingga akhir. Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan padat walau kertas yang kita temuia di buku aslinya mungkin sudah berwarna kekuningan dimakan usia.
Untuk menjadi seorang jurnalis professional, tidak cukup hanya mengenal kehidupan jurnalistik saja. Pengenalan terhadap etika jurnalisme dan penguasaan bahasa jurnalistik menjadi sangat dibutuhkan.
Beberapa buku yang bisa mendukung dalam mewujudkan keinginan untuk menjadi seorang jurnalis diantaranya adalah
- Etika Jurnalisme (Prisip-prinsip Dasar). Karya : Zulkarimein Nasution. Diterbitkan olrh : Rajawali Press. (Kode : 070/SUM/B)
- Bahasa Jurnalistik (Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis). Krya Drs. AS Haris Sumadiria M.Si.. diterbitkan oleh Simbiosa Rekatama Media (Kode : 070/NAS/E
- How To Be A journalis. Karya : M.L. Stein. Diterbitkan oleh : Pyramid Book (Kode 070.4/STE/H)
- Jurnalistik ala Kiai Gontor. Krya : KH. Zainuddin Fananie. Diterbitkan oleh : Etifaq Production (kode : 070/FAN/J)
1 Comment
Your comment is awaiting moderation.
Great article! The information you provided is incredibly valuable and well-researched. Thank you for sharing your insights.
Your comment is awaiting moderation.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you. https://accounts.binance.com/en/register-person?ref=P9L9FQKY
[…] Jurnalis, Jalan Hidup Seorang Militan […]