Seniman Bodo Amat : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat

Hidup Cuma sekali, Hiduplah Bodo Amat

               http://unida.gontor.ac.id-“Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti” slogan yang dipopulerkan oleh salah satu trimurti pendiri pondok Gontor. Slogan ini sangat familiar ditengah-tengah kita.

               Tapi kegagalan demi kegagalan yang kita alami berkali-kali bahkan expentasi yang seringkali tak datang pada kita telah banyak merubah diri menjadi pribadi yang begitu pesimis dan menurunkan kualitas sebagai manusia berpotensi. 

               Akhirnya kita merasakan kegagalan dan berujung pada lelah untuk berkembang, acapkali kita tak sadar bahwa bukan kegagalan dan masalah yang telah menjatuhkan  kita, namun  mindset kita yang terlalu peduli pada masalah sepele adalah sebab dari semua kegagalan yang kita alami kala  ini.

               Kita tak mau dibilang ini itu oleh orang lain, sekali lagi  “kata orang”  telah menjadi parameter arah hidup kita secara perlahan, akhirnya kata hati kita ini tak lagi kita pedulikan. Saat itulah kita tak lagi mampu mengendalikan  diri.

Superman? Emang Ada?

          Dalam hidup manusia ada batasan-batasan yang harus dimengerti. Tidak semua orang bisa melakukan hal luar biasa selayaknya Supermen dalam film-film aksi DC. Tapi tepat saat kita bisa mengakrabi  ketakuan, kegagalan , dan ketidakpastian hidup hingga berhenti melarikan diri dari masalah.

Disanalah kita dapat memulai menghadapi kenyataan demi kenyataan yang Tuhan sengaja hadirkan untuk kita, saat itulah kita mulai menemukan kepercayaan diri dan keberanian yang akan terus menjadi kekuatan nyata dalam diri kita.

          Hari-hari yang amat kacau, hasil pekerjaan yang tak dinilai memuaskan atau bahkan terjebak dalam  rutinitas harian rumah yang sama hingga pada akhirnya, merasa hidup yang kita jalani ini seakan salah arah,

Hidup yang Tak Berarti

              Hari-hari penuh dengan keluhan dan ajang merendahkan diri sendiri. Betapa hidup ini tak se-berarti orang lain, dari semua pikiran rancu itu sumber kekecauan dimulai. Kita merasa kecewa atas kekecewaan  itu sendiri. Kita merasa bersalah atas kesalahan itu sendiri. Kita mulai sering memarahi diri kita bahkan menyalahkan orang lain.


               Dari amarah yang selalu tersulut itu muncul perasaan-perasaan cemas ” Apa yang salah dengan diriku?” Dengan tidak merasa bersalah  kita merasa sangat buruk, kita telah masuk dalam lingkaran setan.        

     

                 “Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jiwa yang terbatas” kata  sang penulis dalam buku sebuah buku monumental berjudul “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” karya Mark Manson.

Apa yang Dicari dari Buku ini?

                  Kita harus bijaksana dalam  menentukan kepedulian kita. Buku tersebut menciptakan momen  perbincangan yang serius dan mendalam dibungkus dengan cerita-cerita yang menghibur dan “kekinian” .


                    Saat anda merasa begitu buruk cobalah katakan pada diri sendiri “Saya sangat buruk, tapi terus kenapa? apa pedulimu? apa aku harus seperti ini?”. Dan kemudian ibarat ditaburi debu ajaib peri, kita akan berhenti membenci diri kita saat merasa begitu kecewa.


                    Dalam buku setebal 246 Halaman yang ditulis oleh Mark Manson asal  New York ini telah membantu kita mengoreksi harapan-harapan delusional  kita. Baik mengenal diri kita sendiri atau  mengenal dunia.


                     Melalui blognya yang terkenal penulis menuangkan buah pikirannya pada buku  ini.  Mark  menunjukan  pada  kita bahwa kunci untuk menjadi seorang yang lebih kuat dan lebih bahagia adalah dengan mengerjakan segala tantangan dengan lebih baik dan berhenti ” memaksakan”  diri untuk menjadi “positif” setiap saat, lalu berhenti menyalahkan diri kita atas  kegagalan dan kekurangan kecil yang kita perbuat.

Liberal jadi Pelajaran

                  Buku  ini ditulis dalam konsep awal yang tak beraturan dan  dalam  pandangan  sang penulis yang terkesan bebas bahkan liberal. Tapi tak perlu khawatir sebagai orang bijak kita harus memandang segala sesuatu dari segala sisi.


                  Di sisi lain buku ini berisi cerita yang  kebanyakan mengutip dari cerita kawan-kawannya yang  hidup di kota New York dengan segala gaya hidup hedon dan pemikiran benar bahwa memperjuangkan  liberalisme dan sekularisme itu sama sekali tidak salah.


                  Bahasan buku yang terkesan kurang pantas bila kita cocokan pada budaya kita juga termasuk poin kesekian yang tak boleh kita ambil dan praktekan di keseharian kita. Tapi pemikiran Mark bahwa kita harus bijak menggunakan kepedulian kita perlu kita beri penghargaan sebab telah banyak memberi angin segar  pada orang-orang yang berfikiran begitu buruk tentang dirinya, hidupnya, bahkan Tuhanya.


                  Buku ini amat direkomendasikan bagi orang yang  belum pernah merasa puas dengan hidup yang dianugrahkan Tuhan padanya. Bahkan di beberapa cerita kita bisa memahami psikologis diri kita tentang  kekuatan bersikap menerima.

Penulis : Helzaa

Editor   : Mawardi Dewantara

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jelajahi Cakrawala di Perpustakaan!

Kami menyediakan berbagai layanan dan sumber intelektual untuk mendukung berjalannya Tri Dharma Perguruan Tinggi!

Our Services

Digital Library

Open Acces Catalog

Repository

Bebas Pustaka

Journal International

Top Features

Digital Corner

BI Corner

References Room

Scan and Copy Document

Food Court

© 2024 IT UNIDA Library